Bintang -bintang yang berhamburan cahayanya di langit itu memandang kepada keduanya sebagai menumpang bersukacita dan berbesar hati dengan nikmat-nikmat pertambatan cinta berahi anak-anak Adam yang muda belia yang sedang berjalan di jalan raya yang sunyi itu, maka pada masa itulah Encik Abdul Rahman memandang kepada langit sambil berkata:
"jikalau sekiranya mengetahuilah bintang-bintang itu akan kandungan hati kita pada masa ini, nescaya tidaklah ia menyerukan malam yang sunyi ini kepada bersegera-segera mendatangkan cahaya matahari membalikkan masa yang penuh dengan rahmat kepada siang yang mewajibkan kita berasing sementara kerananya"
(A. Kadir Adabi 1988: 126)